-
- Sengkalan adalah penanda waktu, berwujud rangkaian kata yang memiliki makna berupa bilangan-bilangan. Tiap kata dalam sengkalan mewakili sebuah bilangan, dan jika rangkaian kata tersebut dibaca terbalik maka didapati bilangan tahun yang dimaksud.Sebagai contoh adalah sengkalan yang menandai runtuhnya kerajaan Majapahit, Sirna Ilang Kertaning Bumi. Kata sirna mewakili bilangan 0, ilang juga mewakili bilangan 0, kerta mewakili bilangan 4, sedang bumi mewakili bilangan 1. Jika dibalik maka akan terbaca 1400 sebagai bilangan tahun.Kata sirna sendiri berarti lenyap, ilang berarti hilang, kerta dapat diartikan sebagai kemakmuran, bumi berarti dunia. Dengan demikian maka Sirna Ilang Kertaning Bumi dapat diartikan sebagai "lenyapnya kemakmuran di dunia". Penggunaan kata-kata sebagai pengganti bilangan membuat sengkalan tidak hanya menjadi penanda waktu, namun juga memiliki kemampuan untuk menghadirkan semboyan, harapan, gambaran situasi, atau suasana batin atas peristiwa yang ditandai.Sengkalan paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia terdapat pada prasasti Canggal di Gunung Wukir, Kedu Selatan. Prasasti itu menceritakan tentang Raja Sanjaya, salah satu raja dari kerajaan Mataram Kuno. Sengkalan tersebut ditulis dalam bahasa Sansekerta, berbunyi Syruti Indrya Rasa, yang bermakna angka tahun 654.Bilangan tahun yang disebutkan sengkalan harus dimaknai secara tepat berdasar peredaran tahun yang digunakan. Sengkalan Sirna Ilang Kertaning Bumi dan Syruti Indrya Rasa misalnya, menggunakan peredaran tahun Çaka. Sehingga Sirna Ilang Kertaning Bumi yang menunjuk tahun 1400 Çaka berpadanan dengan tahun 1478 Masehi, sedang Syruti Indrya Rasa yang menunjuk tahun 654 Çaka berpadanan dengan tahun 732 Masehi.Kemunculan sengkalan di tanah Jawa diyakini bersamaan dengan masuknya perhitungan tahun Çaka (Saka) yang dibawa oleh tokoh legenda Aji Saka. Menurut teori ini, sengkalan berasal dari kata Çakakala, gabungan dari kata çaka dan kala, yang berarti perhitungan waktu menurut Çaka (tahun Çaka). Kata Çakakala kemudian berubah menjadi sakala, sebelum menjadi sengkala atau sengkalan seperti yang kita kenal sekarang.Sengkalan kemudian meluruh dan turut dalam dinamika masyarakat Jawa. Sengkalan yang awalnya hanya dituturkan dalam bahasa Sansekerta kemudian juga dituturkan dalam bahasa Jawa. Tidak hanya sampai di situ, sengkalan juga mengikuti perkembangan saat budaya Islam masuk ke Jawa.
0 comments:
Post a Comment